Sepuluh tahun menjadi perokok berat membuat Dodi Widyatmoko (36 tahun) sudah sangat kecanduan. Upayanya lepas dari kecanduan rokok bukan kepalang susahnya. Tiga kali sudah dengan segala cara ia selalu gagal. Untungnya dia selalu punya motivasi kuat yang membantunya jatuh bangun keluar dari cengkeraman rokok.
Dodi yang berprofesi sebagai karyawan salah satu perusahaan swasta di Jakarta ini mengaku dalam sehari bisa menghabiskan 2 bungkus rokok sekaligus. Setiap saat, kapan dan dimanapun, asap selalu mengebul dari mulutnya.
Keinginannya untuk berhenti merokok karena ingin dua buah hati yang sangat dicintainya sehat tidak terkena efek dari kebiasaan buruk merokoknya."Keluarga adalah hal yang utama," kata pria berkacamata itu. Dukungan dan dorongan keluarga terutama istri tercinta Nunung Novi Wijayanti diakuinya sangat membantu.
Dodi menceritakan, kegagalannya berhenti merokok karena dia tidak kuat menahan mual dan pusing jika tidak merokok. Upayanya mengalihkan rokok ke hal-hal lain selalu mentok.
"Selama 10 tahun saya merokok, saya sempat mencoba berhenti untuk merokok sebanyak 3 kali tapi semua usaha itu selalu gagal," ujar Dodi Widyatmoko, dalam acara Quitters Are Champions Achievement Night di XXI Lounge Plaza Senayan, Jakarta, Jumat malam (11/12/2009).
Setelah beberapa kali gagal, Dodi akhirnya memutuskan untuk melakukan terapi berhenti merokok di klinik berhenti merokok rumah sakit umum pemerintah (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur.
Selama 3 bulan melakukan terapi berhenti merokok, Dodi mengalami berbagai rintangan setiap bulannya. Dalam bulan pertama memang tidak ditemukan masalah berarti hanya mengalami mual dan pusing yang bisa hilang dengan sendirinya dalam waktu satu jam. Tapi memasuki bulan kedua dia merasakan pusing dan mual yang lebih berat.
"Pada saat itu mual dan pusing yang saya rasakan lebih berat hingga mengganggu waktu tidur saya. Akhirnya saya telepon Dr Tribowo T Ginting dari RSUP Persahabatan yang selama ini membantu saya dalam hal konsultasi," ujar Dodi.
Dr. Ginting menyarankan Dodi untuk mengubah pola minum obatnya agar diminum saat siang saja, tapi cara ini tidak membuatnya lebih baik. Namun karena niatnya yang kuat untuk hidup lebih sehat, Dodi akhirnya tetap menghajar semua obat yang harus diminumnya dan rutin melakukan konsultasi dengan dokter.
"Dodi merupakan salah satu pasien yang memiliki masa withdrawl (saat ketika seseorang putus nikotin/sakaw) yang cukup parah dibandingkan yang lainnya," ujar Dr Tribowo T Ginting, SpKJ dari RSUP Persahabatan.
Beruntungnya saat memasuki bulan ketiga, gangguan pusing dan mual sudah menjadi lebih baik. Dokter hanya memberikan obat untuk mengurangi rasa mual dan pusingnya.
Kini Dodi bisa menjalani hidupnya tanpa ketergantungan rokok lagi. "Saya sarankan lebih baik berhenti sekarang, karena hidup tanpa rokok jauh lebih hemat, lebih sehat dan lebih hebat," ungkap Dodi sambil tersenyum bahagia.
Lain halnya dengan Sabil Rachmad (29 tahun) yang sudah merokok selama 13 tahun sejak masih duduk di bangku SMA. Selama 13 tahun merokok, Sabil bisa merokok hingga 24 batang setiap harinya.
"Alasan saya ingin berhenti karena merasa sudah capek dan dapat merugikan kesehatan kita dan juga orang-orang di sekitar kita," ujar Sabil Rachmad.
Dalam menjalani terapi berhenti merokok ini Sabil mendapat dukungan dari ibunya Rochmani, keluarga dan juga calon istri yang setia membantunya melewati masa-masa sulit ini.
Hal yang dirasakan paling sulit selama menjalani terapi adalah keinginan untuk kembali merokok. Tapi Sabil bisa mengatasinya dengan cara mengalihkan ke hal-hal lain seperti makan permen mint yang dirasa cukup menolong menghilangkan rasa ingin kembali merokok.
"Tanpa rokok bikin hidup jadi lebih hidup dan saya sudah tidak mau mencoba lagi. Yang ingin saya lakukan sekarang adalah mengajak orang lain terutama teman saya untuk mulai berhenti mengonsumsi rokok," ujarnya.
Tidak mudah memang untuk bisa berhenti merokok secara total. Tapi jika seseorang memiliki motivasi dan dukungan yang kuat dari orang-orang dan lingkungan di sekitarnya, maka hal itu sangat mungkin terjadi. Mulailah sadari bahwa hidup tanpa rokok akan menjadi lebih sehat dan membuat hidup lebih berkualitas.
Sumber: http://health.detik.com/
Senin, 10 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar